Ramadan Yang Membekas
Oleh: dr. Adika Mianoki, Sp.S.
Apa
yang tersisa dalam diri kita setelah berakhirnya Ramadan? Bekas-bekas
kebaikan apa yang tampak pada diri kita setelah keluar dari madrasah
Ramadan? Apakah bekas-bekas itu hilang seiring dengan berlalunya bulan
itu? Apakah amal-amal kebaikan yang biasa kita kerjakan di bulan itu
pudar setelah Ramadan berakhir?
Semoga
kita bukan termasuk dalam kategori orang yang hanya beribadah selama di
bulan Ramadan saja, kemudian selepas itu meninggalkannya. Imam Bisyr
bin al-Harits al-Hafi rahimahullah pernah ditanya tentang orang-orang
rajin dan sungguh-sungguh beribadah di bulan Ramadan saja, maka beliau
menjawab,
بئس القوم لا يعرفون لله حقا إلا في شهر رمضان إن الصالح الذي يتعبد ويجتهد السنة كلها
“Mereka
adalah kaum yang sangat buruk. Mereka tidak mengenal hak Allah kecuali
hanya di bulan Ramadan saja. Sesungguhnya hamba yang yang salih adalah
orang yang rajin dan sungguh-sungguh beribadah sepanjang tahun penuh.”
(Lathaiful Ma’aarif, Ibnu Rajab al-Hambali)
Oleh
karena itu, hendaknya selepas Ramadan, kebiasaan melakukan berbagai
amalan tetap kita lanjutkan. Berakhirnya ramadan bukan berarti
berhentinya rutinitas amalan kita.
Tetap Menjaga Shalat Lima Waktu
Di
bulan Ramadan, kaum muslimin sangat semangat menjaga salat wajib,
berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Orang yang sebelumnya malas ke
masjid atau sering bolong mengerjakan salat lima waktu, di bulan Ramadan
begitu terlihat bersemangat mengerjakan salat lima waktu.
Namun,
dengan berlalunya Ramadan amalan salat ini hendaklah tidak ditinggalkan
begitu saja. Kalau memang di bulan Ramadan kita rutin menjaga salat
lima waktu, maka hendaklah amalan tersebut tetap dijaga di luar Ramadan.
Begitu pula dengan salat jamaah di masjid khusus untuk kaum pria.
Lihatlah salah satu keutamaan orang yang menjaga salat lima waktu
berikut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
قَالَ
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ افْتَرَضْتُ عَلَى أُمَّتِكَ خَمْسَ صَلَوَاتٍ
وَعَهِدْتُ عِنْدِى عَهْدًا أَنَّهُ مَنْ حَافَظَ عَلَيْهِنَّ
لِوَقْتِهِنَّ أَدْخَلْتُهُ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهِنَّ
فَلاَ عَهْدَ لَهُ عِنْدِى
“Allah
‘azza wajalla berfirman, ‘Aku wajibkan bagi umatmu salat lima waktu.
Aku berjanji pada diriku bahwa barangsiapa yang menjaganya pada
waktunya, Aku akan memasukkannya ke dalam surga. Adapun orang yang tidak
menjaganya, maka aku tidak memiliki janji padanya’.” (HR. Ibnu Majah,
hasan)
Salat
jamaah di masjid juga memiliki keutamaan yang sangat mulia dibanding
salat sendirian. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
صَلاَةُ الْجَمَاعَة أفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً
“Salat jamaah lebih utama dari salat sendirian sebanyak 27 derajat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Baca Juga: Ringkasan Fikih Puasa Ramadhan
Melanjutkan Puasa Sunnah di Luar Ramadan
Berakhirnya
Ramadan, bukan berarti seorang mukmin terputus dari ibadah puasa.
Syariat puasa tetap diperintahkan di luar bulan Ramadan. Diriwayatkan
dari sahabat Abu Ayyub Al-Anshari, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
من صامَ رمضانَ ثم أتْبَعه ستاً من شوالٍ كان كصيام الدهر
“Barangsiapa
berpuasa Ramadan, lalu dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan
Syawal, maka seolah-olah dia berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
ثلاث من كل شهر ورمضان إلى رمضان فهذا صيام الدهر كله
“Puasa
tiga hari dalam setiap bulan (hijriyah), serta Ramadan ke Ramadan,
semua itu seolah- olah berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim)
Selain itu juga disunnahkan untuk puasa pada hari Senin dan Kamis. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
كانَ النبيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يتَحَرَّى صيامَ الاثنين والخميس
“Nabi shalllallahu ‘alaihi wasallam senantiasa menjaga puasa Senin dan Kamis” (HR. Tirmidzi, sahih)
Seorang
muslim juga hendaknya melaksanakan puasa-puasa sunnah yang lainnya
seperti puasa Daud, puasa ‘Arafah, dan puasa ‘Asyura (10 Muharram).
Melanjutkan Kebiasaan Bersedekah
Barangkali
sudah banyak harta yang sudah kita sedekahkan di bulan Ramadan. Kini
masa itu telah lewat. Namun demikian, bukan berarti kita berhenti dalam
memberikan sedekah. Kita tetap diperintahkan untuk memperbanyak sedekah
meskipun di luar bulan Ramadan. Perhatikan janji dari Allah Ta’ala dalam
ayat berikut,
إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ
“Sesungguhnya
orang-orang yang membenarkan (Allah dan Rasul-Nya) baik laki-laki
maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik,
niscaya akan dilipatgandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi
mereka pahala yang banyak.“ (QS. Al-Hadid: 18)
Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam juga bersabda,
والصدقة تطفىء الخطيئة كما تطفىء الماء النار
“Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air dapat memadamkan api “ (HR. Tirmidzi)
Terus Semangat Menuntut Ilmu
Di
bulan Ramadan, banyak majelis ilmu yang bisa kita hadiri. Seiring
berakhirnya bulan Ramadan, bukan berarti berakhir pula kegiatan kita
menuntut ilmu. Ketahuilah saudaraku, menuntut ilmu (agama) adalah
kewajiban setiap muslim. Nabi kita yang mulia shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
طلب العلم فريضة على كل مسلم
“Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim.“ (HR. Ibnu Majah)
Kebutuhan
kita akan ilmu sangatlah urgen, melebihi kebutuhan kita terhadap makan
dan minum. Dengan berilmu, seseorang akan mendapatkan banyak kebaikan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan memahamkan baginya ilmu agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Berusaha Maksimal Meninggalkan Maksiat
Ramadan
mengajarkan untuk menjauhi maksiat. Maksiat memang dilarang setiap
waktu, bukan hanya di bulan Ramadan saja. Namun kala Ramadan, kita lebih
diperintahkan dengan keras untuk menjauhinya. Dari Abu Hurairah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa
yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan justru mengamalkannya, maka
Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR.
Bukhari)
Di
bulan Ramadan, kita termotivasi untuk taat dan kita pun lebih mudah
untuk menghilangkan maksiat. Satu bulan kita dilatih untuk hal itu.
Selepas Ramadan, semangat untuk meninggalkan perbuatan maksiat harus
tetap ada. Bagaimanapun juga, maksiat akan mematikan hati dan merupakan
sumber bencana di dunia dan akhirat.
Kebiasaan
Ramadan hendaknya membekas, dan terus kita lanjutkan secara kontinyu
meskipun sedikit. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah ta’ala adalah amalan yang kontinyu walaupun itu sedikit.” (HR. Muslim)
Berakhirnya
bulan Ramadan bukan berarti berakhir pula aktifitas-aktifitas ibadah
kita. Seharusnya kita tetap semangat dalam mengisi hari-hari kita dengan
ibadah kepada Allah seperti pada hari-hari di bulan Ramadan. Memang
Ramadan tahun ini telah berakhir, namun amalan seorang mukmin tidak akan
pernah berakhir sebelum maut datang menjemput. Allah Ta’ala berfirman,
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِين
“Dan beribadahlah kepada Rabb-mu sampai datang kepadamu al-yaqin (ajal).” (QS. Al Hijr: 99)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan
sebenar-benarnya. Dan janganlah kalian meninggal melainkan dalam keadaan
beragama Islam.“ (QS. Ali ‘Imran: 102)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
إذا مات العبدُ انقطعَ عملُه
“Jika seorang hamba meninggal, maka terputuslah amalnya.“ (HR. Muslim)
Dalam
hadis di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menjadikan
adanya batas waktu tertentu untuk selesai beramal, kecuali dengan
datangnya kematian.
Mari
kita jadikan bulan Ramadan tahun ini menjadi bulan Ramadan yang
membekas. Bulan yang menyisakan amalan ketaatan yang kontinyu. Kita
mengerjakan ketaatan sepanjang tahun.
Semoga
Allah Ta’ala menerima amalan- amalan kita di bulan Ramadan. Kita juga
berdoa semoga Allah senantiasa memberikan taufik kepada kita untuk
senantiasa bersemangat dalam melaksanakan ibadah selepas Ramadan.
Wallahu waliyyut taufiq.
Sumber: https://muslim.or.id/