أَحْكَامُ تَوْحِيْدِ الرُّبُوْبِيَّةِ
Ahkam Tauhid Rububiyyah
Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
Hukum-hukum yang berkaitan dengan tauhid Rububiyyah:
Mengesakan Allah dalam al-khalq (penciptaan), al-mulk (kepemilikan), dan al-tadbir (pengaturan)
Allah berfirman:
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ
خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَا
إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ
“Hai
manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain
Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi?
Tidak ada Tuhan selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari
ketauhidan).” (QS Fathir: 3)
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” (QS al-Zumar: 62)
قُلِ
ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ
مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَمَا لَهُمْ
فِيهِمَا مِنْ شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيرٍ، وَلَا تَنْفَعُ
الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ إِلَّا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ
“Katakanlah:
‘Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka
tak memiliki kekuasaan seberat dzarrahpun di langit maupun di bumi, dan
mereka tidak mempunyai suatu andil apapun dalam (penciptaan) langit dan
bumi, dan sama sekali tidak ada di antara mereka menjadi pembantu
bagi-Nya. Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah, kecuali bagi orang
yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu...’” (QS Saba`: 22-23)
Allah menciptakan apa saja yang Allah kehendaki, kapan saja, dan di mana saja, karena Allah adalah فَعَّالٌ لِمَا يَرِيْدُ “Allah maha melakukan apa yang Allah kehendaki”
Jika ditinjau dari sifat khalq (penciptaan) maka sifat tersebut bersifat qadim/azali (قَدِيْمُ النَّوْعِ),
yaitu tak berpermulaan, karena sifat itu disandang oleh Allah. Namun
jika ditinjau dari sisi makhluk sebagai obyek yang Allah ciptakan maka
makhluk adalah sesuatu yang baru (حَدِيْثُ الآحَادِ),
dan berpermulaan, dari sebelumnya tidak ada lantas diadakan oleh Allah.
Contoh, penciptaan Allah terhadap Adam merupakan perkara yang baru,
setelah Allah menciptakan malaikat.
Tauhid Rububiyyah berkensekuensi kepada tauhid Uluhiyyah.
Karena
hanya Allah sendiri yang mencipta dan mengatur maka hanyalah Dia saja
yang berhak disembah. Sebagaimana dalam sebuah hadis, Ibnu Mas’ud pernah
bertanya kepada Nabi,
سَأَلْتُ
رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الذَّنْبِ
أَعْظَمُ؟ قَالَ: أَنْ تَجْعَلَ لِلهِ نِدًّا، وَهُوَ خَلَقَكَ
“Aku
bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Dosa apakah
yang paling besar?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
“Engkau menyekutukan Allah padahal Dia yang telah menciptakanmu.”[1]
Sekiranya
ada selain Allah yang ikut menciptakan dan memberi rezeki maka ia pun
berhak disembah, akan tetapi itu adalah hal yang tidak mungkin.
Allah berfirman:
قُلْ
مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ قُلْ أَفَاتَّخَذْتُمْ
مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ لَا يَمْلِكُونَ لِأَنْفُسِهِمْ نَفْعًا وَلَا
ضَرًّا قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِي
الظُّلُمَاتُ وَالنُّورُ أَمْ جَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ خَلَقُوا
كَخَلْقِهِ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ قُلِ اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ
شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ
“Katakanlah:
‘Siapakah Tuhan langit dan bumi?’ Jawabnya: ‘Allah.’ Katakanlah: ‘Maka
patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal
mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi
diri mereka sendiri?’ Katakanlah: ‘Adakah sama orang buta dan yang dapat
melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka
menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti
ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?’
Katakanlah: ‘Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan Yang
Maha Esa lagi Maha Perkasa.’” (QS al-Ra’d: 16)
Allah berfirman:
قُلِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسَلَامٌ عَلَى عِبَادِهِ الَّذِينَ اصْطَفَى آللَّهُ
خَيْرٌ أَمَّا يُشْرِكُونَ، أَمَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
وَأَنْزَلَ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنْبَتْنَا بِهِ حَدَائِقَ
ذَاتَ بَهْجَةٍ مَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُنْبِتُوا شَجَرَهَا أَإِلَهٌ مَعَ
اللَّهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ يَعْدِلُونَ، أَمَّنْ جَعَلَ الْأَرْضَ قَرَارًا
وَجَعَلَ خِلَالَهَا أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ
الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا
يَعْلَمُونَ، أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ
السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ
قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ، أَمَّنْ يَهْدِيكُمْ فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ
وَالْبَحْرِ وَمَنْ يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ
أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ تَعَالَى اللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ، أَمَّنْ
يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَمَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ
وَالْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ
كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Katakanlah:
‘Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang
dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka
persekutukan dengan Dia?
Atau
siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air
untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun
yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan
pohon-pohonnya? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan
(sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).
Atau
siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang
menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan
gunung-gunung untuk (mengkukuhkan)nya dan menjadikan suatu pemisah
antara dua laut? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan
(sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui.
Atau
siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila
ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang
menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping
Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya).
Atau
siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di dataran dan lautan dan
siapa (pula)kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum
(kedatangan) rahmat-Nya? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)?
Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya).
Atau
siapakah yang menciptakan (manusia dari permulaannya), kemudian
mengulanginya (lagi), dan siapa (pula) yang memberikan rezeki kepadamu
dari langit dan bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)?.
Katakanlah: “Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang
yang benar.’” (QS al-Naml 59: 64)
Kaum
musyrik Arab mengakui tauhid Rububiyyah([2]) akan tetapi pengakuan ini
tidak cukup untuk menyelamatkan mereka dari azab neraka. Pengakuan
mereka terhadap tauhid Rububiyyah menuntut mereka untuk bertauhid
Uluhiyyah, yaitu hanya beribadah kepada Allah semata,([3]) namun mereka
tidak memenuhinya.
Baca Juga: Dalil-dalil Tauhid Rububiyyah
Tauhid al-Rububiyyah merupakan konsekuensi dari tauhid al-Asma’ was-Shifat
Karena sifat-sifat Allah yang maha sempurna -tiada yang setara dengannya- maka أَفْعَالُ اللهِ (perbuatan-perbuatan Allah) juga sempurna, maka Rububiyyah Allah juga sempurna.
Allah menciptakan semuanya dari ketiadaan menjadi ada
Allah berfirman,
هَلْ أَتَىٰ عَلَى الْإِنسَانِ حِينٌ مِّنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُن شَيْئًا مَّذْكُورًا
“Bukankah
telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu
belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?” (QS al-Insan: 2)
قَالَ كَذَٰلِكَ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَقَدْ خَلَقْتُكَ مِن قَبْلُ وَلَمْ تَكُ شَيْئًا
“Allah
berfriman: ‘Demikianlah.’ Rabb-mu berfirman: ‘Hal itu adalah mudah
bagi-Ku; dan sesunguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal
kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali.’” (QS Maryam: 9)
أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?” (QS al-Thur: 35)
Semua yang ada selain Allah adalah ciptaan Allah, termasuk perbuatan manusia([4])
ahkam rububiyyah
Artikel ini penggalan dari Buku Syarah Rukum Iman Karya Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
_________
Footnote:
[1] HR al-Bukhari no. 4477 dan Muslim no. 86.
([2]) Akan datang penjelasannya.
([3])
Dari sini diketahui bahwa di antara penyimpangan Ahli Kalam (dari
kalangan Mu’tazilah, Asya’irah, dan Maturidiyyah) adalah memfokuskan
bahasan tentang keesaan “Tuhan” dari aspek Rububiyyah. Mereka menganggap
itulah tujuan utama tauhid, dan mereka lalai untuk membahas tauhid
Uluhiyyah. Silahkan periksa pernyataan al-Qadhi ‘Abdul-Jabbar, tokoh
Mu’tazilah, tentang definisi tauhid dalam Syarh al-Ushul al-Khamsah,
hlm. 128-129, pernyataan Ibnul-‘Arabi dalam Qanun at-Ta’wiil, hlm. 542,
pernyataan al-Iji di al-Mawaaqif, hlm. 278-279. Begitu pula al-Ghazzali
dalam al-Iqtishad fil-I’tiqad, hlm. 49-52, al-Isfirayini dalam
al-Tabshir fid-Diin, hlm. 155, al-Juwaini dalam al-Irsyad, hlm. 69-71
dan Luma’ al-Adillah, hlm. 98-99, ‘Abdul-Qahir al-Baghdaadi dalam
al-Farq baina al-Firaq, hlm. 328, dan pernyataan al-Baqillani dalam
Tamhid al-Awail, hlm. 41. Silahkan lihat risalah guru kami Abu Saif
al-Juhani yang berjudul Wujuh Inhiraf al-Mutakallimin fi Mafhum
al-Tauhid.
Padahal
siapa yang mentauhidkan Allah pada Rububiyyah-Nya saja tanpa dibarengi
dengan mentauhidkan pada Uluhiyyah-Nya maka tauhidnya sia-sia,
sebagaimana halnya kaum muysrik Arab.
([4])
Pembahasan tentang hal ini membutuhkan uraian yang panjang, dan telah
penulis ulas dalam buku Penjelasan Kitab at-Tauhid, pada bab no 59.
Sumber: https://bekalislam.firanda.com/