Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
Wanita dan sedekahnya merupakan pembahasan yang cukup penting, karena di antara hal yang sangat membantu mereka untuk selamat dari neraka Jahanam adalah dengan banyak bersedekah. Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, di mana suatu hari Nabi Muhammad ﷺ khotbah Id, kemudian setelah beliau berkhotbah maka beliau maju bersama Bilal ke saf-saf para wanita. Ketika itu, Nabi Muhammad ﷺ mengkhususkan nasihat kepada para wanita, dan Nabi Muhammad ﷺ berkata kepada mereka,
تَصَدَّقْنَ، فَإِنَّ أَكْثَرَكُنَّ حَطَبُ جَهَنَّمَ
“Bersedekahlah kalian, karena kebanyakan kalian akan menjadi bahan bakar neraka jahanam.”
Mendengar hal tersebut maka salah seorang wanita berdiri dan bertanya kepada Nabi Muhammad ﷺ tentang alasannya. Maka beliau menjawab,
لِأَنَّكُنَّ تُكْثِرْنَ الشَّكَاةَ، وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ فَجَعَلْنَ يَتَصَدَّقْنَ مِنْ حُلِيِّهِنَّ، يُلْقِينَ فِي ثَوْبِ بِلَالٍ مِنْ أَقْرِطَتِهِنَّ وَخَوَاتِمِهِنَّ
“Karena kalian lebih banyak mengeluh dan mengingkari kebaikan suami.”
Akhirnya, para wanita pun menyedekahkan perhiasan yang mereka miliki dengan melemparkannya ke dalam kain yang dihamparkan Bilal, termasuk cincin dan kalung-kalung mereka.[1] Ini menunjukkan bagaimana semangat para shahabiat untuk bersedekah.
Demikian pula disebutkan dalam riwayat yang lain, Zainab istri Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhuma ingin bersedekah setelah mendengar perintah Nabi Muhammad ﷺ agar para wanita bersedekah. Akan tetapi, ketika dia hendak bersedekah, dia ditahan oleh Ibnu Mas’ud. Ibnu Mas’ud berkata kepada istrinya bahwa dia dan anak-anaknya lebih pantas untuk menerima sedekahnya. Maka istri Ibnu Mas’ud pun kemudian mengadukan hal tersebut kepada Nabi Muhammad ﷺ dan berkata,
يَا نَبِيَّ اللَّهِ، إِنَّكَ أَمَرْتَ اليَوْمَ بِالصَّدَقَةِ، وَكَانَ عِنْدِي حُلِيٌّ لِي، فَأَرَدْتُ أَنْ أَتَصَدَّقَ بِهِ، فَزَعَمَ ابْنُ مَسْعُودٍ: أَنَّهُ وَوَلَدَهُ أَحَقُّ مَنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَلَيْهِمْ
“Wahai Nabi Allah, sungguh Anda hari ini sudah memerintahkan sedekah, sedangkan aku memiliki emas yang aku hendak menzakatkannya. Namun Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa dia dan anaknya lebih berhak terhadap apa yang akan aku sedekahkan ini dibandingkan mereka (mustahik).”
Maka Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
صَدَقَ ابْنُ مَسْعُودٍ، زَوْجُكِ وَوَلَدُكِ أَحَقُّ مَنْ تَصَدَّقْتِ بِهِ عَلَيْهِمْ
“Ibnu Mas’ud benar, suamimu dan anak-anakmu lebih berhak kamu berikan sedekah dari pada mereka.”[2]
Dua hadits yang kita sebutkan ini menjelaskan kepada kita tentang bagaimana semangatkan para shahabiat untuk bersedekah, bahkan ketika Nabi Muhammad ﷺ memerintah mereka untuk bersedekah, maka emas-emas yang mereka kenakan pun langsung mereka sedekahkan. Mereka melakukan demikian karena Nabi Muhammad ﷺ menjelaskan sebab, yaitu sedekah mereka bisa menyelamatkan mereka dari azab neraka jahanam. Ketika Nabi Muhammad ﷺ mengatakan,
تَصَدَّقْنَ، فَإِنَّ أَكْثَرَكُنَّ حَطَبُ جَهَنَّمَ
“Bersedekahlah kalian, karena kebanyakan kalian akan menjadi bahan bakar neraka jahanam.”
Maka, ketika Nabi Muhammad ﷺ mengaitkan antara sedekah dan neraka, maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa sedekah adalah di antara amalan terbaik dari para wanita untuk menyelamatkan mereka dari ancaman neraka jahanam, karena disebutkan bahwa wanita banyak masuk neraka karena para wanita suka kufur nikmat terhadap suaminya.
Kufurnya para istri terhadap suaminya ini banyak terjadi di kalangan para wanita. Kita tidak mengatakan bahwa semua wanita demikian, akan tetapi banyak para wanita demikian. Penulis tentunya mengatakan demikian karena Nabi Muhammad ﷺ yang mengatakan demikian. Nabi Muhammad ﷺ dalam banyak hadis-hadisnya telah menjelaskan banyak watak para wanita, dan di antara adalah hadis yang telah kita sebutkan, bahwasanya di antara watak para wanita adalah sering kufur terhadap suaminya. Sampai dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda,
أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ، يَكْفُرْنَ، قِيلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ العَشِيرَ، وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا، قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
“Aku diperlihatkan neraka, ternyata kebanyakan penghuninya adalah wanita. Karena mereka sering kufur.” Ditanyakan, ‘Apakah mereka mengingkari Allah?’ Beliau bersabda, ‘Mereka mengingkari pemberian suami, mengingkari kebaikan. Seandainya kamu berbuat baik terhadap seseorang dari mereka sepanjang masa[3], lalu dia melihat satu saja kejelekan darimu maka dia akan berkata: Aku belum pernah melihat kebaikan sedikit pun darimu’.”[4]
Perkataan semacam ini sering sekali terucap oleh sebagian para wanita, mereka lupa diri ketika marah terhadap suami mereka, sehingga mereka kemudian mengungkapkan kata-kata yang menunjukkan keumuman dari perkataan Nabi Muhammad ﷺ ini. Di antara keumuman bentuk perkataan tersebut antara lain, ‘Aku tidak pernah melihat engkau mencintaiku,’ ‘Engkau tidak pernah sayang kepadaku’, ‘Engkau tidak pernah perhatian terhadapku’, dan bentuk perkataan lainnya. Perkataan ‘Tidak pernah’ ini adalah perkataan umum berbahaya dan mudah menjerumuskan para wanita ke dalam neraka jahanam. Oleh karenanya, contoh-contoh ini menjadi bukti bahwasanya seorang wanita di antara wataknya adalah tidak pandai bersyukur dan berterima kasih kepada suami.
Sering penulis sampaikan sebuah cerita, bahwasanya seorang kawan telah bercerita kepada penulis tentang seseorang yang memberi uang kepada tukang parkir, dan ternyata tukang parkir tersebut berterima kasih dan didoakan, padahal dia hanya memberi sepuluh ribu rupiah. Adapun ketika istrinya diberi uang seratus ribu rupiah, ternyata istrinya tidak berterima kasih, dan tidak pula mendoakan suaminya, bahkan bertanya-tanya, ‘Kenapa hanya seratus ribu?’. Demikianlah kenyataan pahit yang menimpa sebagian para wanita, di mana mereka tidak pandai bersyukur kepada suaminya, merendahkan suaminya, tidak menghargai pemberian suaminya, melupakan pemberian suaminya, dan satu kesalahan suaminya membuatnya lupa dengan segala kebaikan suaminya. Tentunya, perkara-perkara tersebut sangatlah berbahaya, sehingga para wanita perlu melakukan sesuatu untuk bisa selamat dari ancaman atas perilaku tersebut. Di antara cara agar para wanita selamat dari sikap dan perilaku tersebut jika telah terlanjur diucapkan adalah selain dia harus minta maaf kepada suaminya, dia juga harus banyak bersedekah, karena sabda Nabi Muhammad ﷺ menjelaskan bahwa sedekah bisa menyelamatkan seseorang dari neraka jahanam.
Banyak bersedekah adalah salah satu cara agar selamat dari neraka jahanam. Lihatlah firman Allah ﷻ tentang angan-angan seseorang yang hendak meninggal dunia,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ، وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barang siapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), ‘Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda kematianku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh’.” (QS. Al-Munafiqun: 9-10)
Lihatlah, orang yang hendak meninggal dunia ternyata berharap untuk bersedekah. Kita tidak mengatakan bahwa sedekah adalah amalan yang lebih hebat daripada yang lain, akan tetapi ayat ini merupakan dalil yang jelas bahwasanya sedekah itu pahalanya sangat besar dan bisa memberikan keselamatan di dunia maupun di akhirat, sampai-sampai jika seseorang bisa ditangguhkan kematiannya maka dia memilih untuk bersedekah. Oleh karenanya, Rasulullah ﷺ juga pernah bersabda tentang sedekah yang terbaik dan yang kurang baik, beliau ﷺ bersabda,
أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ، تَخْشَى الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنَى، وَلَا تُمْهِلَ حَتَّى إِذَا بَلَغَتْ الْحُلْقُومَ قُلْتَ: لِفُلَانٍ كَذَا، وَلِفُلَانٍ كَذَا، أَلَا وَقَدْ كَانَ لِفُلَانٍ
“Yaitu kamu bersedekah saat sehat, kikir, takut miskin dan kamu berangan-angan untuk menjadi hartawan yang kaya raya. Dan janganlah kamu lalai hingga nyawamu sampai di tenggorokan dan barulah kamu bagi-bagikan sedekahmu: ini untuk si Fulan dan ini untuk Fulan. Dan ingatlah, bahwa harta itu memang untuk si Fulan.”[5]
Pada hadis ini, Nabi Muhammad ﷺ menjelaskan bahwa sedekah yang terbaik adalah sedekah yang dilakukan ketika sehat, ketika takut akan kemiskinan dan berangan-angan untuk kaya. Adapun sedekah yang kurang baik adalah sedekah yang dikeluarkan ketika hendak meninggal dunia. Intinya, di antara angan-angan yang ingin disampaikan orang yang sedang dalam sakratulmaut adalah mereka ingin bersedekah dengan harta yang mereka miliki. Akan tetapi, sayangnya mereka tidak bisa lagi bersedekah. Allah ﷻ berfirman,
وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Munafiqun: 11)
Oleh karenanya, sedekah adalah perkara yang sangat luar biasa dalam kaitannya menyelamatkan seseorang dari azab neraka jahanam.
Keutamaan sedekah
Ada banyak dalil-dalil yang menjelaskan keutamaan sedekah. Di antaranya sebagai berikut:
Menghalangi dari api neraka
Selain dali-dalil yang telah kita sebutkan sebelumnya, terdapat dalil-dalil lain yang menunjukkan bahwasanya sedekah bisa menghalangi seseorang dari api neraka. Di antaranya seperti sabda Nabi Muhammad ﷺ,
اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ
“Jagalah diri kalian dari neraka sekalipun dengan (bersedekah) sebutir kurma.”[6]
Jangan kita salah dalam memahami sabda Nabi Muhammad ﷺ ini sebagai anjuran untuk berlaku pelit, tidak demikian. Akan tetapi, maksud Nabi Muhammad ﷺ adalah jika seseorang tidak memiliki apa-apa untuk disedekahkan kecuali hanya memiliki sebutir kurma, maka sedekahkanlah sepenggalnya. Bagi seseorang yang bersedekah sepenggal kurma mungkin merasa bahwa hal tersebut tidak ada nilainya, akan tetapi hal tersebut akan sangat bernilai di sisi Allah ﷻ.
Memadamkan murka Allah ﷻ
Sedekah bisa memadamkan murka Allah ﷻ. Nabi Muhammad ﷺ telah bersabda,
صَدَقَةُ السِّرُّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبّ
“Sedekah yang dikeluarkan secara diam-diam akan memadamkan kemurkaan Allah.”[7]
Ada sedekah yang ditampakkan dan ada pula yang tidak ditampakkan. Namun, yang terbaik tentunya adalah yang tidak ditampakkan, karena Nabi Muhammad ﷺ mengatakan bahwa sedekah yang dilakukan secara diam-diam bisa memadamkan murka Allah ﷻ.
Mendapatkan naungan pada hari kiamat
Nabi Muhammad ﷺ telah bersabda,
كُلُّ امْرِئٍ فِي ظِلِّ صَدَقَتِهِ حَتَّى يُفْصَلَ بَيْنَ النَّاسِ
“Setiap orang akan berada di bawah naungan sedekahnya (pada hari kiamat) hingga perkara di antara manusia diputuskan.”[8]
Yaitu, ketika manusia telah dikumpulkan di padang mahsyar, ketika jarak matahari dengan manusia hanya berjarak satu mil, semua orang kepanasan dan keringat bercucuran. Meskipun dalam kondisi demikian, ternyata ada golongan orang-orang yang berbahagia. Di antara orang-orang yang berbahagia dan mendapatkan naungan adalah orang yang bersedekah. Hadits di atas juga menjelaskan kepada kita bahwasanya semakin banyak sedekah seseorang, maka akan semakin besar pula naungannya.
Meraih husnul khatimah
Selain keutamaan sedekah di akhirat, sedekah juga memiliki keutamaan di dunia. Di antaranya adalah sedekah bisa membuat seseorang husnulkhatimah. Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
صَنَائِعُ الْمَعْرُوفِ تَقِي مَصَارِعَ السُّوءِ
“Berbuat baik kepada orang lain akan menghalangi dari kesudahan yang buruk.”[9]
Berbuat kebaikan itu banyak, dan sedekah termasuk di dalamnya. Maka, hadits ini menjelaskan bahwasanya dengan berbuat baik kepada orang lain seperti sedekah, akan menghalangi seseorang dari kesudahan yang buruk, yaitu suulkhatimah.
Maka dari itu, hendaknya kalian para wanita untuk melatih diri untuk bersedekah dan ikhlas kepada Allah ﷻ. Ingatlah, sedekah itu memerlukan pengorbanan.
Sedekahnya para salaf
Ketika kita berbicara tentang sedekahnya para sahabat laki-laki, tentu sangat banyak di antara mereka yang bersedekah, dan bahkan sedekah mereka sangat luar biasa. Contohnya adalah Abu Bakar radhiallahu ‘anhu, beliau bersedekah dengan seluruh hartanya. Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu meriwayatkan,
أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا أَنْ نَتَصَدَّقَ، فَوَافَقَ ذَلِكَ مَالًا عِنْدِي، فَقُلْتُ: الْيَوْمَ أَسْبِقُ أَبَا بَكْرٍ إِنْ سَبَقْتُهُ يَوْمًا، فَجِئْتُ بِنِصْفِ مَالِي، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا أَبْقَيْتَ لِأَهْلِكَ؟، قُلْتُ: مِثْلَهُ، قَالَ: وَأَتَى أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِكُلِّ مَا عِنْدَهُ، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا أَبْقَيْتَ لِأَهْلِكَ؟ قَالَ: أَبْقَيْتُ لَهُمُ اللَّهَ وَرَسُولَهُ، قُلْتُ: لَا أُسَابِقُكَ إِلَى شَيْءٍ أَبَدًا
“Rasulullah ﷺ memerintahkan Kami agar bersedekah, dan hal tersebut bertepatan dengan keberadaan harta yang saya miliki. Lalu saya mengatakan, ‘Apabila aku dapat mendahului Abu Bakar pada suatu hari maka hari ini aku akan mendahuluinya’. Kemudian saya datang dengan membawa setengah hartaku, lalu Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Apakah yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?’ Saya katakan, ‘Harta yang semisal dengan itu’. Kemudian Abu Bakar datang dengan membawa seluruh yang ia miliki. Lalu Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Apakah yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?’ Ia berkata, ‘Saya tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya’. Maka saya berkata, ‘Saya tidak akan dapat mendahuluimu kepada sesuatu pun selamanya’.”[10]
Demikian pula ketika kita berbicara tentang sedekahnya ‘Utsman bin ‘Affan, dan para sahabat yang lain radhiallahu ‘anhum, sedekah mereka sangatlah luar biasa.
Lantas, bagaimana sedekahnya para shahabiat? Ternyata, para shahabiat juga tidak kalah hebatnya dalam bersedekah. Di antara contohnya adalah sebuah riwayat dari Asma’ binti Abu Bakar radhiallahu ‘anhuma. Asma’ binti Abu Bakar memiliki suami bernama Zubair. Asma’ binti Abu Bakar kemudian bertanya kepada Rasulullah ﷺ,
يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا لِيَ مَالٌ إِلَّا مَا أَدْخَلَ عَلَيَّ الزُّبَيْرُ، فَأَتَصَدَّقُ؟ قَالَ: تَصَدَّقِي، وَلاَ تُوعِي فَيُوعَى عَلَيْكِ
“Wahai Rasulullah, aku tidak memiliki harta kecuali apa yang diberikan oleh Zubair kepadaku. Apakah aku boleh bersedekah dengannya?[11] Beliau menjawab, ‘Bersedekahlah dan jangan kamu tutup rapat tempat hartamu[12], karena nanti Allah menutup rezekimu.”[13]
Dalam riwayat yang lain, Nabi Muhammad ﷺ menjawab dengan berkata,
لاَ تُوكِي فَيُوكَى عَلَيْكِ
“Janganlah kamu menutup tempat hartamu, sebab nanti Allah menutup rezekimu.”[14]
لاَ تُحْصِي فَيُحْصِيَ اللَّهُ عَلَيْكِ
“Janganlah kamu perhitungan untuk bersedekah, sebab nanti Allah akan perhitungan terhadapmu.”[15]
Bahkan dalam riwayat yang lain, Nabi Muhammad ﷺ bersabda kepada Asma’ binti Abu Bakar radhiallahu ‘anhuma,
لاَ تُوعِي فَيُوعِيَ اللَّهُ عَلَيْكِ، ارْضَخِي مَا اسْتَطَعْتِ
“Jangan kamu tutup rapat hartamu, nanti Allah akan menutup rezekimu. Bersedekahlah dengan semampumu.”[16]
Dari riwayat-riwayat tersebut, kita dapat memahami bahwasanya bersedekah membutuhkan keimanan dan pengorbanan. Kita juga memahami bahwa tidak semua harta kemudian kita sedekahkan seperti Abu Bakar radhiallahu ‘anhu yang menyedekahkan semua hartanya, akan tetapi kata Nabi Muhammad ﷺ adalah bersedekah semampu kita, dan ini menunjukkan bahwasanya dari sisi kita sendiri harus ada usaha untuk mau bersedekah.
Oleh karenanya, ketika seorang istri diberikan harta oleh suaminya untuk keperluan rumahnya, kemudian ketika seluruh kebutuhan telah terpenuhi dan harta masih tersisa, maka boleh bagi seorang istri untuk bersedekah. Jangan kemudian sisa harta yang dia miliki tersebut malah digunakan untuk mengoleksi berbagai macam barang-barang yang tidak begitu bermanfaat, dan hanya akan menambah beban hisab pada hari kiamat kelak. Adapun ketika harta yang dititipkan suami kepada seorang istri ternyata tidak memiliki sisa setelah memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, maka tidak mengapa jika seorang istri tidak bersedekah, karena yang dituntut adalah bersedekah semampunya.
Para ulama menjelaskan bahwasanya ketika Nabi Muhammad ﷺ mengatakan, ‘Janganlah kamu menutup tempat hartamu, sebab nanti Allah menutup rezekimu’, ini merupakan kaidah dari الجزاء من جنس العمل ‘balasan sesuai dengan perbuatan’. Ketika seseorang wanita senantiasa pelit, dompetnya selalu terkunci untuk bersedekah, perhitungan ketika bersedekah, maka kelak bisa jadi Allah ﷻ akan menutup rezekinya pula. Dahulu, seorang guru penulis pernah bercerita bahwasanya ada seseorang yang saleh, setiap kali dia mendapat harta, dia akan memberikannya kepada orang lain. Orang saleh tersebut mengatakan bahwa dia memiliki tradisi kepada orang lain dan Allah juga memiliki tradisi terhadapnya, yaitu ketika dia sering memberi harta kepada orang lain maka Allah ﷻ juga akan sering memberikan harta kepada dia. Dia mengatakan bahwa dia tidak ingin mengubah tradisi Allah ﷻ terhadapnya dengan cara dia mengubah tradisinya kepada orang lain. Dia tidak ingin Allah ﷻ pelit terhadapnya jika dia pelit kepada orang lain.
Oleh karenanya, hendaknya para wanita menyadari agar mereka tidak bersikap pelit. Lihatlah Asma’ binti Abu Bakar radhiallahu ‘anhuma, dalam kondisi harta yang tidak banyak, namun dia tetap ingin untuk bersedekah. Namun, yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai seseorang bersedekah kepada orang lain, namun dirinya sendiri tidak bisa makan karena seluruh hartanya disedekahkan. Ingatlah bahwa yang Nabi Muhammad ﷺ tekankan adalah bersedekah dengan semampu kita. Demikian pula, ketika harta yang dimiliki berlebih, kemudian ingin untuk menabung sisa harta tersebut, maka yang demikian tidak mengapa, hanya saja jangan karena alasan menabung sampai menjadikan seseorang pelit untuk bersedekah.
Ketahuilah bahwasanya Allah ﷻ akan mengganti harta yang dikeluarkan untuk bersedekah. Terdapat begitu banyak dalil yang menunjukkan hal ini. Di antaranya seperti sabda Nabi Muhammad ﷺ,
قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ
“Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, Wahai anak Adam, berinfaklah, niscaya Aku akan berinfak kepadamu’.”[17]
Demikian pula sabda Nabi Muhammad ﷺ,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
“Sedekah itu tidak akan mengurangi harta.”[18]
Demikian pula firman Allah ﷻ dalam surah Al-Baqarah,
يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa.” (QS. Al-Baqarah: 276)
Oleh karena itu, janganlah kita kemudian khawatir untuk bersedekah. Justru, ketika kita semakin sering bersedekah maka akan semakin sering Allah ﷻ memberi ganti kepada kita.
Di antara sedekahnya para shahabiat adalah istri Nabi Muhammad ﷺ, yaitu Zainab binti Jahsy radhiallahu ‘anha. Beliau terkenal sangat dermawan, bahkan beliau disebut dengan ummul masakin ‘Ibundanya orang-orang miskin’. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwasanya Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
أَسْرَعُكُنَّ لَحَاقًا بِي أَطْوَلُكُنَّ يَدًا
“Di antara kalian yang lebih dahulu menyusulku adalah yang paling panjang lengannya.”[19]
Setelah Nabi Muhammad ﷺ meninggal, ternyata istri-istri beliau saling mengukur tangan-tangan mereka untuk mengetahui siapa tangannya yang paling panjang. Ternyata, yang lebih panjang tangannya di antara istri-istri Nabi Muhammad ﷺ adalah Zainab binti Jahsy, karena dialah yang ternyata suka memberi kepada orang lain dengan tangannya.[20] Demikianlah Zainab binti Jahsy, istri Nabi Muhammad ﷺ yang sangat gemar bersedekah.
Selain Zainab binti Jahsy, ternyata ‘Aisyah radhiallahu ‘anha juga tidak kalah luar biasanya dalam perkara sedekah. Lihatlah sebuah riwayat dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, ketika ada seorang wanita bersama kedua putrinya datang ke rumah ‘Aisyah untuk meminta makan. Kemudian ‘Aisyah mencari makanan ke dalam rumahnya, namun ternyata tidak mendapati sesuatu untuk dimakan di rumahnya kecuali sebutir kurma. ‘Aisyah radhiallahu ‘anha juga tentu membutuhkan makanan, akan tetapi beliau lebih mendahulukan orang lain, sehingga beliau kemudian memberikan sebutir kurma tersebut kepada wanita tersebut, lalu wanita tersebut membelah sebutir kurma menjadi dua dan memberikannya kepada kedua putrinya. Jadilah ‘Aisyah radhiallahu ‘anha tidak memiliki makanan di rumahnya, dan wanita tersebut pun juga tidak makan. Ketika Nabi Muhammad ﷺ pulang, ‘Aisyah radhiallahu ‘anha menceritakan kejadian tersebut, dan Nabi Muhammad ﷺ kemudian bersabda,
مَنْ يَلِي مِنْ هَذِهِ البَنَاتِ شَيْئًا، فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ، كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّار
“Barang siapa yang diuji sesuatu karena anak-anak perempuannya lalu ia berlaku baik terhadap mereka maka mereka akan melindunginya dari api neraka.”[21]
Tentu masih banyak kisah-kisah bagaimana sedekahnya ‘Aisyah radhiallahu ‘anha. Di antaranya disebutkan ketika Mu’awiyah menjadi khalifah, dia sering memberi hadiah kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha. Namun, tanpa ada keraguan sedikit pun, ‘Aisyah radhiallahu ‘anha kemudian menyedekahkan hadiah tersebut kepada fakir miskin. Sampai-sampai, ketika pembantunya meminta satu dirham untuk membeli daging, ‘Aisyah kemudian berkata, ‘Janganlah engkau mencelaku, karena jika sekiranya engkau mengingatkanku maka pasti aku lakukan’.[22] Demikian pula, karena seringnya ‘Aisyah radhiallahu ‘anha sering memberi kepada orang-orang, sampai-sampai Abdullah bin Zubair ingin memboikot hartanya agar ‘Aisyah radhiallahu ‘anha tidak sembarang bersedekah. Ini menunjukkan bagaimana semangatnya ‘Aisyah radhiallahu ‘anha dalam bersedekah.
Subhanallah, sungguh kisah-kisa mereka menunjukkan bagaimana keimanan mereka yang luar biasa. Seharusnya, kisah tersebut membuat kita para wanita dan bahkan laki-laki wajib untuk bersyukur kepada Allah ﷻ, karena di masa-masa sulit kita masih bisa makan, kulkas masih terisi, dan uang pun masih ada ditangan walau tidak banyak. Bahkan, sebagian wanita masih memiliki uang yang sangat berkecukupan, sehingga membuat dia tenang dengan masa depannya.
Nasihat bagi para wanita
Jangan pelit
Hendaknya para wanita dan kita semua tentunya menyadari bahwasanya sifat pelit adalah sifat yang buruk. Ingatlah firman Allah ﷻ,
وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ
“Dan barang siapa kikir maka sesungguhnya dia kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah Yang Mahakaya dan kamulah yang membutuhkan (karunia-Nya).” (QS. Muhammad: 38)
Barang siapa yang bersifat pelit, maka sejatinya dia telah pelit terhadap dirinya sendiri. Dia pelit terhadap dirinya untuk mendapatkan berbagai macam keuntungan dan kebaikan dari bersedekah.
Di antara kebaikan dan keuntungan lain dari bersedekah:
Sedekah menjadi aset di akhirat kelak
Ketika seseorang membelanjakan hartanya di jalan Allah ﷻ, dia bersedekah, maka yang dia keluarkan tersebut akan menjadi aset baginya di akhirat kelak. Sedekah yang dia keluarkan tersebut tentunya akan bernilai pahala yang sangat besar, selama seseorang bersedekah dengan ikhlas.
Sedekah menjadikan hati lapang dan peka terhadap orang miskin
Di antara doa Nabi Muhammad ﷺ adalah sebagaimana yang disebutkan dalam Sunan At-Tirmizi dan lainnya, bahwasanya beliau diajarkan oleh Allah ﷻ untuk berdoa dengan lafal berikut:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِعْلَ الخَيْرَاتِ، وَتَرْكَ المُنْكَرَاتِ، وَحُبَّ المَسَاكِينِ، وَأَنْ تَغْفِرَ لِي وَتَرْحَمَنِي، وَإِذَا أَرَدْتَ فِتْنَةً فِي قَوْمٍ فَتَوَفَّنِي غَيْرَ مَفْتُونٍ، وَأَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ، وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُ إِلَى حُبِّكَ
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu untuk mudah berbuat kebaikan dan meninggalkan kemungkaran, serta aku memohon pada-Mu agar bisa mencintai orang-orang miskin. Ampunilah aku dan rahmatilah aku, bila Engkau menghendaki suatu fitnah pada hamba-hamba-Mu, wafatkan aku kepada-Mu dalam keadaan tidak terkena fitnah. Ya Allah aku memohon agar dapat mencintai-Mu, mencintai orang-orang yang mencintai-Mu dan mencintai amal yang dapat mendekatkan diriku kepada cinta-Mu.”[23]
Cinta kepada orang-orang miskin, peka terhadap orang-orang yang susah, sedih melihat keadaan mereka, kemudian hati tergerak untuk bersedekah kepada mereka, maka itu adalah karunia dari Allah ﷻ, dan itulah yang diminta oleh Nabi Muhammad ﷺ dalam doanya tersebut.
Allah ﷻ akan memberi ganti di dunia sebelum di akhirat
Sebelum kaki melangkah di padang mahsyar, sedekah yang seseorang keluarkan di dunia akan mendapatkan ganti oleh Allah ﷻ di dunia pula sebelum diganti di akhirat. Di antara dalil akan hal ini adalah firman Allah ﷻ dalam hadis qudsi,
يَا ابْنَ آدَمَ أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ
“Wahai anak Adam, berinfaklah, niscaya Aku akan berinfak kepadamu.”[24]
Demikian pula doa salah satu malaikat di pagi hari, sebagaimana sabda Nabi Muhammad ﷺ,
اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا
“Ya Allah berikanlah pengganti bagi siapa yang menginfakkan hartanya.”[25]
Ini semua menunjukkan bahwasanya banyak kebaikan yang bisa kita dapatkan ketika kita bersedekah. Oleh karenanya benarlah firman Allah ﷻ,
وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ
“Dan barang siapa kikir maka sesungguhnya dia kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah Yang Mahakaya dan kamulah yang membutuhkan (karunia-Nya).” (QS. Muhammad: 38)
Ketika kita pelit, maka itu berarti kebaikan-kebaikan yang bisa didapatkan tersebut kita buang. Oleh karenanya, jangan pelit untuk bersedekah, karena pelit bersedekah hanya berujung pada pelitnya kita terhadap diri kita sendiri.
Di antara orang yang patut untuk kita tidak bersikap pelit terhadapnya adalah orang-orang terdekat. Terkadang, ada fenomena di mana para istri berbuat baik sama orang yang jauh, tapi sama pembantu di rumahnya sendiri bersikap pelit, sama sopirnya pelit, dan yang lainnya. Ingatlah, mereka adalah orang-orang yang memiliki jasa terhadap kita, sehingga mereka tentu lebih utama untuk kita bersedekah kepadanya setelah kerabat-kerabat kita.
Jangan suka mengoleksi barang-barang secara berlebihan
Suka berbelanja adalah hal yang lumrah bagi para wanita, bahkan bisa kita katakan bahwa seseorang tidak disebut dengan wanita kalau dia tidak suka berbelanja. Hanya saja, permasalahan dalam hal berbelanja adalah mengoleksi barang-barang secara berlebihan. Tidak mengapa seseorang punya sepatu sampai sepuluh pasang. Akan tetapi, kalau lebih daripada itu, sampai harus memiliki lemari khusus sepatu-sepatu, ini hanya akan menjadi sebuah masalah pada hari kiamat kelak, yaitu seseorang akan bertambah hisabnya pada hari kiamat, dan perkara hisab bukanlah suatu perkara yang mudah. Seandainya mungkin sepatu tersebut disedekahkan, maka bisa jadi satu sepatu yang dia sedekahkan sudah bisa menaikkan derajatnya di akhirat kelak, sehingga dia akhirnya bisa mendapatkan kenikmatan abadi.
Ingatlah bahwasanya kita akan dihisab oleh Allah ﷻ. Maka, ketika di antara kita hendak membeli suatu barang untuk dikoleksi, tanyakan kepada diri kita, ‘Apakah saya bisa menjawab pertanyaan Allah ketika dihisab tentang barang tersebut?’ Jika kita merasa bisa menjawab pertanyaan Allah, maka tidak mengapa untuk dibeli. Setidaknya, pertanyaan semacam ini akan menjadi penahan bagi diri kita untuk tidak mudah membeli barang-barang yang kita sukai.
Intinya, para wanita, para istri, tidak dilarang untuk berbelanja apa yang dia butuh, Akan tetapi jangan sampai luput untuk bersedekah. Jauhilah sifat suka mengoleksi barang-barang secara berlebihan. Jika kita memiliki barang-barang yang berlebih, maka hendaknya sedekahkanlah, selama masih ada yang bisa kita kenakan, maka menyedekahkan barang lainnya tentu jauh lebih baik.
Bersedekah dengan cara mengajak orang lain untuk bersedekah
Tentu ada sebagian wanita dan istri yang tidak memiliki uang untuk bersedekah, bahkan untuk menyedekahkan barang-barang berlebih yang dimiliki pun tidak punya. Maka cara terbaik agar wanita bisa bersedekah adalah dengan menunjukkan kepada orang lain agar orang lain tersebut bersedekah. Nabi Muhammad ﷺ telah bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barang siapa dapat menunjukkan suatu kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang melakukannya.”[26]
Wahai para istri, Anda tentu sangat bisa memotivasi suami Anda untuk bersedekah. Terlalu banyak fakta yang menunjukkan bahwasanya suami terpengaruh oleh istrinya, terlebih lagi suami-suami di negara kita Indonesia. Bukankah kita dapati banyak dari para istri yang mengatur keuangan keluarganya? Maka, ketika keuangan telah diatur oleh sang istri, bisa jadi seorang suami menjadi sangat dermawan karena istrinya. Seorang suami sering dibujuk oleh istrinya untuk bersedekah, untuk membantu ayah dan ibunya, untuk membantu saudara-saudaranya, untuk membantu tetangganya, dan yang lainnya. Ingatlah wahai para istri, jika Anda melakukan demikian, maka Anda juga mendapat pahala sedekah, karena Andalah yang menjadi motivasi suami Anda untuk bersedekah. Terlebih lagi, ketika Anda berhasil mengubah akhlak suami Anda yang sebelumnya pelit menjadi dermawan, maka tentu pahala yang Anda akan dapatkan sangat besar.
Selain itu, Anda sebagai seorang ibu juga bisa mengarahkan anak-anak untuk terbiasa untuk bersedekah. Jika Anda telah melihat indikasi bahwasanya anak Anda bersikap pelit, maka hendaknya Anda mengambil langkah yang tegas untuk mengajarkan sang anak untuk bersifat dermawan dan melawan sifat pelit tersebut. Yang dikhawatirkan adalah jika seorang anak terbiasa pelit dari kecilnya, maka dewasanya pun menjadi orang yang pelit, dan mengubah sifat di waktu dewasa tidak semudah mengubah sifat di waktu kecil.
Intinya, bersedekahlah semampunya.
Bukankah telah kita sebutkan bahwasanya Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ
“Jagalah diri kalian dari neraka sekalipun dengan (bersedekah) sebutir kurma.”[27]
Allah ﷻ Maha Tahu, ketika kita memiliki uang yang banyak maka tentu kita mudah untuk bersedekah. Akan tetapi, ketika kita hidup dengan berkecukupan, tidak banyak dari harta kita yang berlebih, maka bersedekahlah semampunya meskipun hanya dengan sebutir kurma.
Footnote:
_________
[1] HR. Muslim No. 885.
[2] HR. Bukhari No. 1462.
[3] الدَّهْرُ di sini juga bisa diartikan dengan satu tahun.
[4] HR. Bukhari No. 29.
[5] HR. Muslim No. 1032.
[6] HR. Bukhari No. 1417.
[7] Shahih al-Jami’ ash-Shagir No. 3759.
[8] HR. Ahmad 4/147 no. 17333, Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini sanadnya sahih.
[9] HR. Ath-Thabrani No. 8014, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani.
[10] HR. Abu Daud No. 1678, dinyatakan hasan oleh Syaikh Al-Albani.
[11] Ini merupakan dalil bahwasanya boleh seorang suami memberikan sebagian pemberian kepada istrinya melebihi kebutuhan istrinya.
[12] Yaitu maksudnya ‘Jangan engkau menutup pintu rezekimu’.
[13] HR. Bukhari No. 2590.
[14] HR. Bukhari No. 1433.
[15] HR. Bukhari No. 1433.
[16] HR. Bukhari No. 1434.
[17] HR. Muslim No. 993.
[18] HR. Muslim No. 2588.
[19] HR. Muslim No. 2452.
[20] Berdasarkan HR. Bukhari No. 2452, dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha.
[21] HR. Bukhari No. 5995.
[22] Lihat: Hilya al-Auliya’ (2/47).
[23] HR. Tirmizi No. 3235, dinyatakan sahih oleh Syaikh Al-Albani.
[24] HR. Muslim No. 993.
[25] HR. Bukhari No. 1442.
[26] HR. Muslim No. 1893.
[27] HR. Bukhari No. 1417
Sumber: https://bekalislam.firanda.com/